5 Post Terbaru

3.4.12

Materi Kuliah Semester 6 Setelah UTS


  • Modul RPL (Proposal Pengembangan SIM) >> Download (697KB)

Apollo dan Daphne



Inilah nukilan pertama dari buku The Myth of Mithology, Apollo dan Daphne, kisah cinta yang menyedihkan karena ulah Si Jahat Cupid.

Daphne adalah cinta pertama Apollo. Apollo jatuh cinta bukan tidak disengaja, tetapi sengaja dibuat secara kejam oleh Cupid, Putra Venus. Apollo melihat seorang anak yang bermain dengan busur dan panah; dan karena Apollo masih mabuk kepayang atas kemenangannya atas Python, dia berkata kepadanya, “Apa yang kau lakukan dengan senjata perang, saucy boy? Berikan kepada mereka yang pantas. Lihatlah aku yang telah mengalahkan ular raksasa yang badannya telah meracuni banyak dataran!”

Putra Venus mendengar kata-kata Apollo dan membalas, “Apollo, panahmu sanggup menhancurkan semua yang ada di bumi, tetapi panahku dapat menghancurkan dirimu.” Sambil bicara dia berdiri di atas batu Parnassus, dan diambilnya dua anak panah yang berbeda, panah pertama terbuat dari emas dengan ujung yang tajam yang dapat membuat seseorang jatuh cinta dan yang satu lagi ujungnya berbentuk panah tumpul yang terbuat dari timah yang dapat membuat orang membenci orang yang mencintainya.

Pygmalion dan Galatea


      Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.<!–more–>
Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

  Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, ‘Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.’
Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, ‘Kikir betul orang itu.’ Tetapi Pygmalion berkata, ‘Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu’.
Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, ‘Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.’
     Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.
Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita

Si Keledai Yang Cerdik

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup – karena berbahaya); jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang dengan apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang- guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri!